5 Masjid Bersejarah di Lombok

Pulau Lombok, Pulau Dengan Seribu Masjid

Pulau Lombok terkenal dengan sebutan Pulau Seribu Masjid. Hal itu dikarenakan, selain mayoritas penduduk di pulau ini mayoritas muslim, banyak juga terdapat masjid dengan menara-menara yang menjulang tinggi. Dari banyaknya masjid itu, ada beberapa masjid yang umurnya ratusan tahun, di antaranya:

1. Masjid Bayan Beleq
Masjid ini terletak di Desa Bayan Kecamatan Bayan, Lombok Utara, sebagai saksi bisu masuknya agama Islam di Pulau Lombok. Masjid yang berdiri disebuah bukit dan dikelilingi beberapa cungkup makam para penyebar agama Islam ini, diperkirakan dibangun ratusan tahun lalu, oleh seorang muballigh. Namun, hingga saat ini belum ditemukan sumber tertulis siapa pendirinya dan pada tahun berapa didirikan. Yang jelas, usia masjid yang kini dijadikan sebagai ikon pariwisata budaya ini sudah cukup tua.




Masjid kuno Bayan Beleq berukuran 9 X 9 meter persegi, dengan dinding rendah dari anyaman bambu. Sementara atapnya berbentuk tumpang yang tersusun rapi dari bilah bambu atau dikenal dengan bahasa Dayan Gunung atap santek dengan lantai tanah yang dasarnya dari susunan batu kali.

Masjid kuno ini juga diabadikan dalam lambang daerah kabupaten Lombok Utara. Masjid Kuno Bayan Beleq digambarkan dalam bentuk siluet bewarna merah sebagai integritas peradaban masyarakat Lombok Utara. Disebutkan, bangunan Masjid Kuno Bayan menggambarkan tonggak peradaban masyarakat Lombok Utara yang dibangun berdasarkan kesadaran kosmos, kesadaran sejarah, kesadaran adat, dan kesadaran spiritual. 

2. Masjid Sangak Pati
Di Desa Songak, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), terdapat sebuah peninggalan bersejarah yang tidak diketahui asal muasal dan sejarahnya yaitu Masjid Al-Falah. Masjid initerletak tepat di pinggir jalan utama yang menghubungkan antara desa Songak dan desa lainnya. Masjid tersebut dinamakan Sangak Pati karena konon dibangun oleh Sembilan Pati (wali).

Bentuk masjid itu mirip seperti masjid tua lainnya, yaitu atapnya tinggi dan terbuat dari ilalang. Temboknya terbuat dari tanah yang membatu. Di dalam masjid terdapat mimbar kecil yang terletak tepat di bagian depan masjid. Sementara pada bagian tengah terdapat 4 pilar yang menancap horizontal dari lantai masjid ke bagian atap. Ke-4 tiang tersebut disatukan dengan silangan kayu yang penuh ukiran.

Ada yang menyebut masjid ini dibawa oleh angin. Bahkan, ada anggapan Masjid Sangak Pati dibangun secara gaib. Sampai saat ini para tokoh setempat belum tahu secara pasti. Ada juga yang bilang masjid ini ditemukan oleh Raja Kerajaan Selaparang pada tahun 1.300-an Kendati tidak jelas sejarah dan asal muasalnya, namun masyarakat setempat lebih mempercayai bahwa masjid tersebut dibuat oleh Sangak Pati. Keyakinan ini mengacu pada kisah yang menyebut masjid diapit oleh 9 rumah, ukuran masjid tepat 9x9 meter dan konon masjid ini dibangun pada 1309.

3. Masjid Rembitan
Rembitan adalah Nama sebuah desa di wilayah kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Berjarak lebih kurang 3 km dari ibukota kecamatan Sengkol, serta 49 km dari Mataram ibukota Nusa Tenggara Barat. Kondisi topografi wilayah ini merupakan daerah perbukitan yang dilintasi jalan raya menujuh kawasan wisata pantai selatan pulau lombok.

Bangunan masjid kuno rembitan berukuran 7,80 m x 7,60 m. Di sebelahnya terdapat sebuah kolam dalamnya 2,50 m, dengan garis tengah bagian atas 5 meter dan bagian bawah (dasar) 3 meter. 

Bangunan ini terletak di bagian lereng bukit, oleh karena itu masjid ini nyaris tidak memiliki halaman. Bangunan Masjid Kuno Rembitan terletak di tengah-tengah perkampungan penduduk. Untuk mencapai lokasi masjid tidak sulit, dengan kendaraan roda empat berukuran kecil atau sedang lokasi tersebut  dapat di jangkau. 

4. Masjid Gunung Pujut 
Masjid ini terletak di sebuah bukit Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Masjid ini berukuran 8,6 x 8,6 m terbuat dari bambu dengan atap alang-alang. Tiang penyangga utamanya (saka guru) ada 4 buah, tiang penyangga lainnya berjumlah 28 buah yang sekaligus berfungsi sebagai tempat menempelkan dinding. 

Kompleks bangunan masjid ini termasuk pedewa yakni sarana kegiatan ritual bagi penganut ajaran Wetu Telu pada masa lalu. Kini secara formal kegiatan pengajaran yang terkait dengan Islam Wetu Telu sudah tidak ada lagi sehingga masjid ini diklasifikasikan sebagai monumen mati.

Selain menjadi saksi sejarah penting, masjid ini sangat unik karena didirikan di atas bukit. Menurut berbagai publikasi sejarah, pendirian bangunan yang bernilai sakral di sebuah gunung atau bukit adalah suatu kebiasaan. Di Gunung Pujut selain berdiri masjid kuno juga terdapat bangunan-bangunan lain yang digunakan sebagai ajang pemujaan yang disebut dengan pedewa. Baik masjid maupun pedewa digunakan sebagai tempat melakukan ritual agama pada masa itu.

5. Masjid Al Umari Kelayu

Masjid ini terletak Jl. TGH Umar No.101, Desa Kelayu Selatan, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur. Pada zaman dahulu, pondasi atau lantai bangunan tersebut dari tanah. Secara fisik, baik prototipe maupun bahan dasar bangunan masjid sama dengan masjid kuno yang ada di gunung Pujut.

Saat itu masjid ini berbentuk segi empat. Di dingnya terbuat dari anyaman bambu, atapnya dari dedaunan, serta lantainya berupa tanah yang dipadatkan dan di atasnya ditutupi dengan tikar dari daun lontar.

Ketika penduduk melakukan renovasi masjid, jenis bilangan maupun jumlah bilangannya masih tetap dipertahankan, karena berkaitan dengan sistem kepercayaan masyarakat.

Sejarahnya, ketika runtuhnya Islam Selaparang oleh Banjar Getas dan Bali di wilayah Bayan, maka Islam Selaparang waktu itu melakukan pengungsian ke arah selatan di wilayah Aikmel, kemudian bergeser ke arah selatan di sebuah hutan belantara. Di hutan belantara ini, Islam Selaparang membentuk Bangsa Kelayu dan wilayah kekuasaan Islam Selaparang ini disebut Kelayu.

Salah seorang keturunan dari Islam Selaparang pada waktu itu adalah Tuan Guru H. Umar Urbani yang ingin melihat Bangsa Kelayu memilki kesantunan dan keimanan yang kuat, sehingga beliau membangun sebuah masjid kecil di Kelayu pada sekitar  tahun 1300. Masjid itu diberi nama Al-Umari yang berasal dari kata Al adalah kata depan, dalam bahsba Inggris adalah “the”. Sedangkan Umari adalah nama sahabat Nabi.

Bangunan masjid ini dulunya berada pada daratan yang agak tinggi jika dibandingkan dengan permukaan jalanan yang terbentang di depannya. Begitu pun juga tempat untuk mengambil air wudhu adalah sebuah kolam persegi empat panjang yang berada di bagian bawah masjid, sehingga ketika akan berwudhu harus menuruni sebuah tebing yang tingginya sekitar 5 meter ke bawah. Luas masjid ini 10 X 10 meter persegi dan tidak memilki mahkota di atapnya.

Dua puluh tahun kemudian, setelah Masyarakat Lombok mulai mengenal tembok atau semen, masjid ini mengalami renovasi yaitu dinding beserta lantainya diperbaiki dengan mempergunakan tembok atau semen. Saat hubungan bangsa Indonesia dengan Italia sudah lancar, TGH. Umar Urbani mendatangkan marmer dari Italia, sehingga pada lantai masjid ini sudah memepergunakan keramik atau marmer Italia. 

Renovasi masjid ini pun terlaksana pada zaman Belanda, yaitu pada tahun 1320 dengan luas 20 X 15 meter persegi dan memilki mahkota yang berbentuk bundar dan dipuncak mahkota terdapat bentuk bintang dan bulan sabit.

Terakhir, pada tahun 2015 mesjid ini direnovasi lagi untuk  menambahan tempat parkir di pinggir bangunan masjid, dan persis berada di tepi jalan raya. Keunikan atau potensi yang lainnya adalah sebuah menara yang tingginya mencapai sekitar 50 meter. 

Posting Komentar

0 Komentar